SEJARAH KOTA KUNINGAN
Kuningan adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki sejarah panjang dan kaya. Wilayah ini telah menjadi tempat pemukiman manusia sejak ribuan tahun sebelum Masehi, dengan berbagai peninggalan arkeologis yang menunjukkan tingkat kebudayaan yang maju pada masanya.
Masa Prasejarah
Sekitar 3.500 tahun sebelum Masehi, daerah Kuningan telah dihuni oleh manusia prasejarah. Penemuan artefak seperti kapak persegi, belincung, menhir, dan dolmen menunjukkan bahwa masyarakat pada masa itu telah mencapai tingkat kebudayaan yang relatif maju. Salah satu situs penting adalah Situs Cipari di Kelurahan Cigugur, yang ditemukan pada tahun 1972. Di situs ini, ditemukan berbagai artefak seperti alat dari batu obsidian, pecahan tembikar, kuburan batu, dan keramik, yang menunjukkan adanya pemukiman manusia pada masa Neolitikum dan Megalitikum.
Masa Kerajaan
Dalam naskah "Carita Parahyangan" disebutkan bahwa pada tanggal 11 April 732 Masehi, berdiri sebuah kerajaan bernama Kuningan setelah penobatan Seuweukarma sebagai raja dengan gelar Rahiangtang Kuku atau Sang Kuku. Ia bersemayam di Arile dan Saunggalah, serta menganut ajaran "Dangiang Kuning" yang berpegang pada "Sanghiang Darma" dan "Sanghiang Siksa". Setelah Seuweukarma, wilayah Kuningan mengalami beberapa kali pergantian kekuasaan, termasuk di bawah pemerintahan Sanjaya dan Rahiang Tamperan. Pada tanggal 22 Juli 1175 Masehi, Kuningan menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Sunda di bawah Rakean Darmasiksa, putra ke-12 Rahiang Banga. Setelah bertahta selama 12 tahun di Saunggalah, keraton kemudian dipindahkan ke Pakuan Pajajaran.
Masa Islam
Pada tahun 1481 Masehi, Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati datang ke Luragung, Kuningan, dalam rangka menyebarkan agama Islam. Pada masa ini, terjadi proses Islamisasi di wilayah Kuningan. Sunan Gunung Jati mengangkat putra Ki Gedeng Luragung yang masih bayi menjadi putranya, yang kemudian diberi nama Sang Adipati. Setelah dewasa, tepatnya pada tanggal 1 September 1498 Masehi, Sang Adipati dinobatkan sebagai kepala pemerintahan dengan gelar Sang Adipati Kuningan. Sejak saat itu, nama daerah yang semula bernama Kajene dikembalikan menjadi Kuningan, dan tanggal 1 September ditetapkan sebagai hari jadi Kuningan.
Masa Kolonial dan Kemerdekaan
Pada masa kolonial Belanda, Kuningan menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Hindia Belanda. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Kuningan turut serta dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Salah satu peristiwa penting adalah Perundingan Linggarjati yang berlangsung pada bulan November 1946 di Linggarjati, Kuningan. Perundingan ini menghasilkan kesepakatan antara Indonesia dan Belanda mengenai status kemerdekaan Indonesia.
Sejak masa kemerdekaan hingga kini, Kuningan terus berkembang dan mengalami berbagai perubahan dalam aspek pemerintahan, sosial, dan budaya. Warisan sejarah yang kaya ini menjadi identitas dan kebanggaan bagi masyarakat Kuningan.
Komentar
Posting Komentar